Penyebab Gejala dan Metode Pengobatan Artritis Reumatoid
Artritis Reumatoid (AR)
Artritis reumatoid yang disingkat AR atau RA
(reumatoid artritis) merupakan penyakit reumatik autoimun dengan proses
peradangan menahun yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi
dan berbagai organ di luar persendian. Peradangan kronis di persendian
menyebabkan kerusakan struktur sendi yang terkena. Peradangan sendi biasanya
mengenai beberapa persendian (poliartritis) sekaligus.
Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua sisi).
Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua sisi).
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan dapat mengenai semua ras serta kelompok etnik. Perempuan lebih sering terkena reumatik jenis ini daripada pria dengan perbandingan 3 :1.
Ada 3 kemungkinan perjalanan penyakit AR. Pada
tipe-1, sekitar 25% penderita AR, akan terjadi penyembuhan (remisi) dalam 1—2
tahun pertama untuk selamanya (monofasik). Tipe ini sangat jarang. Sebagian
besar termasuk tipe-2 yang akan menderita penyakit ini sepanjang hidupnya
(polifasik) dengan diselingi beberapa kali masa penyembuhan yang singkat.
Umumnya penyembuhan terjadi melalui pengobatan menggunakan DMARDs dan atau kombinasi dengan agen biologik. Sebagian kecil lainnya termasuk tipe-3 yang akan menderita RA yang progresif dan sulit dikendalikan, disertai menurunnya fungsi sendi yang menetap pada setiap kali serangan (eksaserbasi), sampal akhirnya terjadi kerusakan sendi dan menyebabkan kecacatan.
Umumnya penyembuhan terjadi melalui pengobatan menggunakan DMARDs dan atau kombinasi dengan agen biologik. Sebagian kecil lainnya termasuk tipe-3 yang akan menderita RA yang progresif dan sulit dikendalikan, disertai menurunnya fungsi sendi yang menetap pada setiap kali serangan (eksaserbasi), sampal akhirnya terjadi kerusakan sendi dan menyebabkan kecacatan.
A.
Penyebab
Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit
autoimun yang belum diketahui penyebabnya. Gejala utamanya adalah sinovitis erosif
yang bersifat sistemik, dan melibatkan organ tubuh lainnya. Beberapa faktor di
bawah ini diduga berperan dalam timbulnya penyakit artritis reumatoid.
1) Faktor genetik dan
lingkungan
Terdapat hubungan antara HLA-DW4 dengan AR
seropositif yaitu penderita mempunyai risiko4 kali lebih banyakterserang
penyakit ini.
2) Hormon seks
Faktor keseimbangan hormonal diduga tkut berperan
karena perempuan lebih banyak menderita penyakit ini dan biasanya sembuh
sewaktu hamil.
3) Infeksi
Dugaan adanya infeksi timbul karena permulaan
sakitnya terjadi secara mendadakdan disertai tanda-tanda peradangan. Penyebab infeksi
diduga bakteri, mikoplasma, atau virus.
4)
Heat shock protein (HSP)
HSP merupakan sekelompok protein berukuran sedang
yang dibentuk oleh tubuh sebagai respons terhadap stres.
5) Radikal bebas
Contohnya radikal superokside dan lipid peroksidase
yang merangsang keluarnya prostaglandin sehingga timbul rasa nyeri, peradangan,
dan pembengkakan.
6) Umur
Penyakit ini terjadi pada usia 20—60 tahun, tetapi
terbanyak antara umur 35—45 tahun.
Dari hasil penelitian mutakhir telah diketahui bahwa
timbulnya penyakit ini akibat proses imunologis di persendian. Kejadian ini
diawali dari antigen penyebab AR yang ada di membran sinovial yang diproses
oleh antigen presenting cells (ARC).
Setelah mengalami berbagai proses imunologis, antibodi yang dihasilkan akan membentuk kompleks imun dan masuk ke dalam ruang sendi sehingga menyebabkan peningkatan permeabilitas mikrovaskular, masuknya sel radang dan pengendapan fibrin pada membran sinovial.
Proses fagositosis oleh sel radang terhadap kompleks imun tadi akan menghasilkan radikal bebas oksigen (RBO), leukotrien, prostaglandin, dan protease neutral yang menyebabkan kerusakan rawan sendi dan tulang. RBO juga menyebabkan penurunan viskositas cairan sendi, merusak kolagen dan proteoglikan rawan sendi.
Proses kerusakan sendi akan berlangsung terus selama antigen penyebabnya tetap ada. Reumatoid faktor yang positif juga menyebabkan proses peradangan berlanjut terus. Reumatoid faktor adalah salah satu antibodi yang terkait dengan progresivitas penyakit AR. Masuknya sel radang pada membran sinovial juga menyebabkan terbentuknya pannusf yaitu jaringan granulasi yang juga ikut merusak sendi.
Setelah mengalami berbagai proses imunologis, antibodi yang dihasilkan akan membentuk kompleks imun dan masuk ke dalam ruang sendi sehingga menyebabkan peningkatan permeabilitas mikrovaskular, masuknya sel radang dan pengendapan fibrin pada membran sinovial.
Proses fagositosis oleh sel radang terhadap kompleks imun tadi akan menghasilkan radikal bebas oksigen (RBO), leukotrien, prostaglandin, dan protease neutral yang menyebabkan kerusakan rawan sendi dan tulang. RBO juga menyebabkan penurunan viskositas cairan sendi, merusak kolagen dan proteoglikan rawan sendi.
Proses kerusakan sendi akan berlangsung terus selama antigen penyebabnya tetap ada. Reumatoid faktor yang positif juga menyebabkan proses peradangan berlanjut terus. Reumatoid faktor adalah salah satu antibodi yang terkait dengan progresivitas penyakit AR. Masuknya sel radang pada membran sinovial juga menyebabkan terbentuknya pannusf yaitu jaringan granulasi yang juga ikut merusak sendi.
B.
Gejala
Umumnya, gejala AR berkembang lambat selama beberapa minggu,
tetapi bisa juga timbul serangan reumatik di beberapa persendian sekaligus
dalam beberapa hari. Gejala yang timbul sebagai berikut :
1) Rasanyeri
Rasa nyeri timbul simetris yang tidak berkurang
dengan pengobatan GAINS saja karena terjadi proses sinovitis aktif.
2) Kaku pada pagi
hari
Kaku pada sendi terjadi pada pagi hari yang
berlangsung lebih dari 1 jam. Kekakuan bisa akibat peradangan (inflamasi) atau
karena lamanya sendi tidak digerakkan (imobilisasi) sewaktu tidur. Otot dan
tendon di sekitar sendi yang meradang pun cenderung memendek dan mengalami
spasme sehingga menambah kekakuan.
3) Kedudukan sendi
tidak stabil dan permukaannya tidak rata
Proses sinovitis dan terbentuknya pannus akan merusak
sendi dan melemahkan ligamen sehingga kedudukan persendian menjadi tidak
stabil. Proses sinovitis selain merusak rawan sendi juga menimbulkanerosi
tulang di sekitar persendian sehingga permukaan sendi menjadi tidak rata dan
goyah sewaktu digunakan.
4) Sendi tidak dapat
digerakkan
Bila kerusakan rawan sendi meluas, tulang-tulang yang
mem-bentuk persendian akan menyatu (fusi). Akibatnya persendian tidak dapat
digerakkan lagi dan struktur persendian hancur. Keadaan ini disebut ankilosis.
Proses ini bisa terjadi di semua persendian. Misalnya di ruas tulang leher
(vertebra servikalis), pergelangan bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki,
pangkal jari tangan dan kaki, ruas pertama jari tangan dan kaki, panggul,
lutut, dan tumit.
5) Nodul reumatoid
Pada kulit bisa timbul benjolan kecil yang disebut
nodui reumatoid. Nodul tersebut merupakan tanda khas penyakit ini sewaktu fase
aktif berlangsung. Nodul reumatoid dapat ditemukan di bawah kulit terutama di
tempat-tempat yang banyak menerima tekanan, seperti di punggung lengan.
6) Bercak merah di
kulit
Pembuluh darah kulit meradang (vaskulitisj'sehingga
tampak berupa bercak-bercak kemerahan akibat perdarahan di kulit.
7) Kelainan pada mata
Mata bisa terjadi kelainan, baik di selaput bening
mata (kornea), konjungtiva, maupun sklera. Kelainan berat pada mata dapat menyebabkan
kebutaan.
8) Gejala lain
Pada saluran pernapasan, bisa timbul keluhan nyeri
tenggo-rokan, nyeri menelan, atau perubahan suara. Kelainan berat lain juga bisa
timbul seperti radang paru (pneurnonitis), timbulnya cairan, dan terbentuknya
jaringan ikat (fibrosis) di paru. Jantung pun bisa terlibat, seperti nyeri
dada, gangguan faal jantung, gangguan katup jantung, dan kegagalan pompa
jantung. Penderita juga bisa me-ngeluh mulut kering, rasa kesemutan, baal,
sampai tanda-tanda anemia. Selain itujuga bisaterjadi kerapuhan pada kuku.
C. Diagnosis
Diagnosis AR mudah dibuat bila kasusnya jelas. Namun,
pada awal penyakit, seringkali gejalanya tidak muncul dengan jelas sehingga
menyulitkan dalam mendiagnosis. Pemeriksaan laboratorium, terjadi peningkatan
laju endap darah (LED) dan nilai C-reaktive protein (CRP) meningkat secara
menetap.
Rheumatoid faktor nilainya positif, walaupun bisa negatif. Keberadaan anti-CCP antibodies sebelum awitan penyakitnya berkaitan erat dengan beratnya kerusakan struktural secara radiografik.liter yang tinggi berhubungan dengan berat ringannya aktivitas penyakit.
Rheumatoid faktor nilainya positif, walaupun bisa negatif. Keberadaan anti-CCP antibodies sebelum awitan penyakitnya berkaitan erat dengan beratnya kerusakan struktural secara radiografik.liter yang tinggi berhubungan dengan berat ringannya aktivitas penyakit.
American Rheumatism Association (ARA) pada tahun 1987
melakukan revisi susunan kriteria klasifikasi reumatoid artritis dalam format
yang baru seperti berikut.
1) Kaku pada
persendian dan sekitarnya sewaktu bangun tidur pagi (morning stiffness) yang berlangsung
paling sedikit 1 jam.
2) Artritis pada tiga persendian atau lebih secara
bersamaan. Ada 14 lokasipersendianyangbiasaterserangreumatoidartriffs,yaitu
sendi proximal interphalangeal dari tulang jari telapak tangan dan kaki, sendi
di pangkal jari tangan (metacarpophalangeal), pergelangan tangan, siku,
pergelangan kaki, serta sendi pada pangkal jari kaki (metatarsophalangeal) kiri
dan kanan.
3) Artritis
pada sendi-sendi tangan. Sekurang-kurangnya terjadi pem-bengkakan di satu
persendian tangan.
4) Artritis
simetrik. Artinya, nyeri reumatik dan pembengkakan timbul pada sendi yang sama
di sisi kiri dan kanan tubuh.
5) Adanya
nodul reumatoid yaitu adanya benjolan kecil di bawah kulit pada penonjolan
tulang atau permukaan ekstensor (misalnya di punggung lengan bawah.
6) Reumatoid
faktor serum positif. Reumatoid faktor adalah salah satu antibodi yang terkait
dengan progresivitas penyakit AR.
7) Ada
perubahan gambaran radiologis. Dengan sinar-X, pada tangan dan pergelangan
tangan terlihat erosi atau dekalsifikasi tulang yang berdekatan dengan sendi.
Seseorang dikatakan penderita artritis reumatoid jika
memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1-4 harus berlangsung minimal selama
6 minggu.
D.
Pengobatan
Hingga saat ini, AR masih dianggap sebagai suatu
penyakit yang belum dapat disembuhkan secara tuntas, Pengobatan bertujuan untuk
menekan proses peradangan yang mendasarinya sehingga rasa nyeri dan
ketidaknyamanan berkurang, mencegah kecacatan dan kehilangan fungsi sendi,
memelihara fungsi sendi, memperbaiki kelainan fungsi organ, meningkatkan
produktivitas danaktivitas hidup sehari-hari. Sendi yang sakit perlu
diistirahatkan danpengobatanfisikjuga perlu dilakukan.
Pengobatan yang diberikan pada penderita AR antara
lain sebagai berikut.
1) Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mei^gembalikan kemampuan
penderita AR dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Kegunaan tindakan ini
antara lain bisa mengurangi rasa nyeri, mencegah kekakuan dan keterbatasan
gerak sendi, mencegah mengecil (atrofi) dan melemahnya otot, mencegah cacat
(defor-mitas), meningkatkan rasa nyaman dan percaya diri, serta mem-pertahankan
kemandirian agar tidak tergantung orang lain. Cara-cara rehabilitasi antara
lain mengistirahatkan sendi yang sakit, pemanasan, pendinginan, meningkatkan
ambang rasa sakit dengan arus listrik, dan sebagainya. Kegemukan (obesitas)
yang merupakan beban bagi persendian yang menopang berat badan, harus dihindari
dan penderita harus mempertahankan berat badan ideal.
2)
Obatanti-inflamasi non-steroid (GAINS)
Obat ini diberikan sejak mulai sakit untuk mengatasi
nyeri sendi akibat proses peradangan. Golongan obat ini tidak dapat melindungi rawan
sendi maupun tulang dari proses kerusakan akibat penyakit AR. GAINS juga
mempunyai efek alalgesik yang baik. Contoh obat golongan ini antara lain
Asetosal, Ibuprofen, Natrium Diclofenak, Indometasin, Ketoprofen, Asam
Flufenamat, dan Piroksikam. Obat golongan ini juga bisa dikombinasikan dengan
vitamin neurotropik seperti tablet Dolofenac yang terdiri dari natrium
diclofenak, vitamin B1-B6-danBl2.
3) Kortikosteroid
Obat ini berkhasiat sebagai antiradang dan penekan
reaksi imun(imunosupresif),tetapi tidak bisa mengubahperkembangan penyakit AR.
Kortikosteroid bisa digunakan secara sistemik (tablet, suntikan intramuskuler)
maupun suntikan lokal di persendian yang sakit sehingga rasa nyeri dan
pembengkakan hilang secara cepat. Karena efek sampingnya yang sangat berat,
penggunaan kortikosteroid sistemik jangka panjang pada pengobatan AR hanya
diberikan bila ada komplikasi AR yang berat dan mengancam jiwa, seperti pada
radang pembuluh darah (vaskulitis).
4) Obat pengubah perjalanan penyakit artritis
reumatoid (disease modifying anti-reumatic drugs, disingkat DMARDs) Bila
diagnosis AR telah ditegakkan, obat golongan ini harus segera diberikan.
Beberapa ahli bahkan menganjurkan pemberian DMARDs, baik sebagai obat tunggal
maupun kombinasi dengan DMARDs lain pada tahap dini, baru kemudian dikurangi
secara bertahap bila aktivitas AR telah terkontrol.
Bila penggunaan satu jenis DMARDs dengan dosis cukup (adekuat) selama 3—6 bulan tidak menampakkan hasil, segera hentikan atau dikombinasi dengan DMARDs yang lain.
Bila penggunaan satu jenis DMARDs dengan dosis cukup (adekuat) selama 3—6 bulan tidak menampakkan hasil, segera hentikan atau dikombinasi dengan DMARDs yang lain.
Contoh obat golongan ini yaitu klorokuin,
hidroksiklorokuin, metotrexate (MIX), siklosporin-A, leflunomide (Arava tablet
10 mg dan 20 mg), dan sulfasalazine.
Beberapa obat DMARDs yang dahulu digunakan, sekarang tidak lagi seperti levamizole, karena khasiat dan efektivitas obat dianggap tidak memuaskan untuk mencapai dan mempertahankan remisi. Atau D-Penicillamine yang bekerja sangat lambat. Garam emas yang dahulu dianggap sebagai gold standard dalam pengobatan AR sekarang juga sudah ditinggalkan karena menimbulkan efek samping yang berat.
Beberapa obat DMARDs yang dahulu digunakan, sekarang tidak lagi seperti levamizole, karena khasiat dan efektivitas obat dianggap tidak memuaskan untuk mencapai dan mempertahankan remisi. Atau D-Penicillamine yang bekerja sangat lambat. Garam emas yang dahulu dianggap sebagai gold standard dalam pengobatan AR sekarang juga sudah ditinggalkan karena menimbulkan efek samping yang berat.
Ada beberapa pendapat dalam pemberian DMARDs. Pada
varian AR yang ringan, diberikan DMARDs yang ringan juga seperti kloroquin,
pada kasus sedang diberikan sulfazalazine, dan pada kasus be rat diberikan MIX,
siklosporin-A,atau diberikan kombinasi 2 atau lebih jenis DMARDs, Tapi pendapat
ini juga tidak memuaskan.
5) Agen biologik
Agenbiologik,disebut juga biological agents atau biological
drugs, adalah substansi yang dibuat dari organisme hidup atau produknya, dan
digunakan dalam pencegahan, diagnosis, atau pengobatan penyakit. Agen biologik
ini mencakup antibodi, interleukin, dan vaksin. Akhir-akhir ini agen biologik
mulai banyak digunakan dalam pengobatan AR.
Peningkatan imunoglobulin G (IgG) dalam serum dapat mencerminkan
kejadian dini dari perkembangan AR yang belum memberikan gejala klinis walaupun
telah berlangsung lebih dari 10 tahun. Umumnya, agen biologik ini digunakan
bersarhaan dengan DMARDs konvensional terutama metotrexate (MIX).
Ada 4 jenis agen biologik yang telah disetujui PDA
untuk pengobatan AR yaitu 3 dari golongan inhibitor TNF-α yaitu adalimumab,
etanercept (ETC) dengan nama dagang Enbrel yang diberikan dengan suntikan
subkutan (di bawah kulit) 2 kali seminggu, dan infliximab (IPX) dengan nama
dagang Remicadeyang diberikan secara infus, dan 1 dari antagonis reseptor IL-1
yaitu anakinra (ANK) dengan nama dagang Kineret.
Selain itu, di pasaran jug atersedia co-stimulatory molecules seperti CD20 (rituximab), dan down regulation dari sel T menggunakan recombinant human fusion protein CTLA-4-immunoglobulin G (abatacept).
Selain itu, di pasaran jug atersedia co-stimulatory molecules seperti CD20 (rituximab), dan down regulation dari sel T menggunakan recombinant human fusion protein CTLA-4-immunoglobulin G (abatacept).
Sebelum mendapatkan pengobatan BRM, harus dipastikan
bebas dari infeksi mikobakterium (TBC), hepatitis virus B (HVB), HIV,
pyelonefritis, abses setelah operasi, osteomyelitis, sepsis, infeksi jamur
sistemik, dan sebagainya. Harga obat golongan ini sangat mahal, mencapai Rp. 3.000.000
sampai Rp. 15.000.000 sekali suntik/infus. Namun, hasilnya sementara ini sangat
menakjubkan karena rasa nyeri di persendian hilang walaupun memerlukan
pengulangan penyuntikan/infus sampai beberapa bulan. Obat golongan ini
menghambat kerusakan sendi dan mengurangi peradangan.
6) Suplemen
antioksidan
Vitamin dan mineral yang berkhasiat antioksidan dapat
diberikan sebagai suplemen pengobatan seperti beta karoten, vitamin C, vitamin
E, dan selenium. Vitamin dan mineral tersebut bisa juga didapat dari buah dan
sayuran segar berwarna hijau atau oranye.
7) operasi
Operasi untuk mengatasi kecacatan (deformitas) yang
berat.
Sumber : Herbal untuk Pengobatan Reumatik (dr. Setiawan Dalimartha)
wah komplit dengan pengobatannya, lengkap banget infonya
BalasHapushttp://obattraditional.com/obat-tradisional-radang-sendi/
makasih infonya
HapusSELAPUT DARA BUATAN KEMBALIKAN KEPERAWANAN
ALAT PEMBESAR PENIS ALAMI
ALAT BANTU SEX PRIA
ALAT BANTU SEX WANITA
VAGINA ELEKTRIK
VAGINA MANUAL
PENIS ELEKTRIK
PENIS MANUAL
OBAT KUAT PRIA
OBAT PELANGSING BADAN ALAMI
OBAT PERANGSANG WANITA
OBAT PERANGSANG CAIR
OBAT PERANGSANG SERBUK
OBAT TIDUR ALAMI
OBAT PERANGSANG SPRAY
OBAT PENGGEMUK BADAN HERBAL
AKSESORIS SEX PRIA WANITA
OBAT MATA HERBAL
SEMENAX OBAT HERBAL PENAMBAH SPERMA
CELANA HERNIA MAGNETIK
OBAT PEMBESAR PAYUDARA ALAMI
MINYAK PEMBESAR PENIS
OBAT PEMBESAR PENIS