Penanganan Nyeri dan Inflamasi pada Berbagai Penyakit Reumatik
Berbagai jenis penyakit reumatik dapat menimbulkan rasa nyeri. Penanganannya tidak
saja menggunakan obat antiradang (GAINS) yang dapat mengurangi rasa nyeri, tapi
memerlukan tindakan multidisiplin. Nyeri akut memerlukan penanganan yang baik. Demikian juga nyeri
kronik dengan gangguan fungsi sendi, tulang, dan
otot yang progresif yang mengakibatkan gangguan gerak sendi, mengecilnya
(atrofi) otot, dan terbatasnya penggunaan akibat nyeri dan cacat persendian.
Berdasarkan penyebabnya, ada 4 macam nyeri yaitu:
1. Nyeri nosiseptif.
Terjadi akibat
rangsangan reseptor nyeri perifer karena proses peradangan (inflamasi), atau
kerusakan jaringan.
Pada nyeri send! akibat peradangan, tanda-tanda radang akan tampak berupa
bengkak (tumor), nyeri (dolor), kemerahan (rubor), panas (calor), dan gangguan
fungsi sendi (functiolaesa). Tanda radang sistemik (tersebar di seluruh tubuh)
juga bisa timbul berupa demam, lesu (malaise), nyeri otot, dan sakit kepala.
Contoh nyeri sendi akibat inflamasi atau peradangan antara lain reumatik gout,
reumatik septik, reumatoid artritis, SLE
(sistemik lupus eritematosus), spondilitis ankilosa, atau akibat
penyakit reumatik ekstra artikuler seperti tendinitis (radang tendon), bursitis
(radang bursa), kapsulitis (radang kapsul), miositis (radang otot), dan vaskulitis
(radang pembuluh
darah).
2. Nyeri neuropatik.
Terjadi akibat suatu
trauma yang mengenai susunan saraf, baik susunan saraf pusat maupun susunan
saraf tepi.
Pada penyakit rematik, nyeri neuropatik timbul karena adanya iritasi saraf pada
proses penyakit rematik.
3. Nyeri psikogenik.
Nyeri jenis ini
timbul akibat gangguan psikologi. Contohnya pada histeri.
4. Nyeri kronik
Nyeri kronik dengan berbagai
penyebab. Nyeri ini mempunyai dasar patofisiologi psikologik dan biologik.
Penyebabnya rumit dan sulit dijelaskan. Contohnya nyeri pada fibromiSlgia.
Berdasarkan lama terjadinya, nyeri bisa dibedakan menjadi nyeri akutdan nyeri kronik.
Nyeri akut: berlangsung sementara,
intensitasnya tajam, terlokalisir, dan nyeri terasa selama proses patologik
masih ada
di jaringan, berkurang dengan menurunnya rangsangan nosiseptor, dan sembuh
dengan sendirinya.
Nyeri kronik: proses nyeri
berlangsung lama, intensitasnya lebih tumpul, sensasi nyeri terus menerus,
umumnya nyeri menetap walaupun penyembuhan penyakit atau trauma sudah sembuh.
Cara Pengobatan nyeri pada reumatik
Pengobatan nyeri reumatik memerlukan tindakan multi-disiplin, yang
bertujuan membebaskan rasa nyeri, menghentikan komplikasi lebih lanjut akibat
peradangan {inflamasi) dan nyeri, serta meningkatkan kualitas hidup yang lebih
baik. Cara pengelolaan reumatik seperti dibahas berikut.
A. Pengobatan non-farmakologik
1. Edukasi
Karena pengobatan reumatik merupakan upaya jangka panjang yang memerlukan
pengertian dan kerjasama antara dokter-pasien-dan keluarga maka pasien dan
keluarga harus mempunyai pengetahuan tentang penyakit reumatik yang diderita pasien, termasuk
pantangan, baik aktivitas-makanan-pengaruh lingkungan.
Untuk mendapatkan hasil pengelolaan yang maksimal,
beberapa hal
berikut perlu mendapat perhatian.
a) Pada nyeri akut, sendi yang
sakit perlu diistirahatkan selama 3—5
hari. Setelah itu, mulai digerakkan (mobilisasi) pasif, yaitu gerakan dibantu
orang lain. Diharapkan setelah 2 minggu, penderita sudah dapat melakukan
gerakan aktif (tanpa bantuan orang lain).
b) Hindari faktor pencetus dan
pemberat nyeri. Misalnya benturan pada sendi.
c) Siapkan mental penderita
dalam menghadapi nyeri kronik.
d) Pasien harus imengikuti
program pengelolaan nyeri dan inflamasi dengan penuh kesadaran
dan mendapatkan penjelasan tentang kemungkinan yang di dapat dari hasil
pengobatan.
2. Rehabilitasi medik
Untuk mengatasi nyeri reumatik, salah satu upaya yang harus ditempuh oleh pasien
adalah mendapat pertolongan dari dokter ahli rehabilitasi medik yang terdapat pada
setiap rumah sakit. Kunjungi klinik Rehabilitasi Medik dan dapatkan tindakan
terapi fisik serta latihan lingkup gerak sendi (LGS) seperti terapi latihan
(penguatan, ketahanan, peregangan), terapi air, terapi
okupasional, ortotik, terapi
modalitas(panas,dingin,TENS), dan sebagainya untuk
meningkatkan kemampuan pasien dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
3. Psikoterapi
Banyak penderita reumatik kronik menderita frustrasi karena penyakitnya
tak kunjung sembuh. Akibatnya, terjadi depresi dan timbul nyeri
psikogenik. Pada keadaan seperti ini, dibutuhkan bantuan seorang psikolog.
B.
Pengobatan farmakologik
1.
Analgetika (pereda nyeri)
a) Analgetika non opioid
Diberikan pada keluhan nyeri ringan. Contohnya asetaminofen (antalgin),
capsaicin krim untuk pemakaian topikal.
b) Analgetika opioid
Diberikan pada nyeri akut yang sangat berat. Contohnya morphine sulfate 10
mg yang diberikan secara suntikan (IM, IV). Tramadol (analgetik kuat) bisa
diberikan oral dan suntikan dengandosis 50—100
mg setiap 6 jam.Tramadol bekerja dengan menghambat reuptake serotonin dan
norefinefrin.
2. Anti
inflamasi (anti radang)
a) Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan molekul steroid yang mengandung gugus
17-hidroksi-21 karbon. Dalam tubuh, juga dibentuk steroid yang bernama kortisol.
Steroid lebih banyak diberikan pada kasus dengan dasar terlibatnya sistem imun
yang jelas dan berat seperti pada RA
(reumatoid artritis) dan SLE (Systemic Lupus Erythematosus). Dosis tinggi digunakan
untuk mengontrol penyakit rematik yang berat, dan pada rematik kronik, kadang
dibutuhkan steroid dosis rendahjangka panjang untuk mengontrol penyakit dan
mengurangi nyeri yang ringan.
Efek samping penggunaan kortikosteroid jangka panjang antara lain rentan
terhadap infeksi, muka bulat (moonface), leher membesar (buffalo hump), jerawat, luka
sukar sembuh, darah tinggi (hipertensi), gula darah meningkat (hiperglikemia),
perdarahan lambung, retensi natrium (menimbulkan bengkak karena banyak cairan),
hiperlipoproteinemia, sindrom withdrawal (bila obat distop mendadak),
hiperparatiroidisme sekunder, keropos tulang (osteoporosis),
dan insuffisiensi adrenal.
Obat kortikosteroid sistemikyang diminum atau melalui suntikan antara lain hidrokortison,
kortison, prednison, deksametason, metilprednisolon,
dan prednisolon.
Kortikosteroid untuk injeksi intraartikular dan periartikular (suntikan lokal) antara
lain triamsinolon, metilprednisolon, deksametason, dan natrium prednison
fosfat.
b) Obat Anti Infiamasi Non
Steroid (GAINS)
Khasiat dan efek samping GAINS berkaitan dengan penghambatan kerja
enzim cyclooxygenase (COX) sehingga perubahan (konversi) asam arakidonat menjadi
prostaglandin terhambat. Keterbatasan penggunaan OAINS adalah toksisitasnya, berupa
perdarahan saluran cerna, terutama jika OAINS digunakan bersama obat-obatan
lain, alkohol, kebiasaan merokok, dalam keadaan stres, atau usia lanjut. Efek samping
lain adalah reaksi hipersensitivitas, gangguan fungsi hati dan ginjal, serta penekanan pada
sistem hematopoetik (pembuat sel darah).
Saat ini, ada 2 macam COX yang sudah dikenal yaitu COX-1 dan COX-2. COX-1 berperan
dalam pengaturan faal berbagai organ tubuh seperti mempunyai aktivitas mempertahankan
keutuhan selaput lendir (mukosa) lambung (gaster) dan saluran cerna, aliran darah ke
ginjal, dan aktifitas pembekuan darah (koagulasi). Jika aktivitas COX-1
dihambat oleh OAINS, maka risiko efek samping yang bisa timbul antara
lain perdarahan lambung dan duodenum, terganggunyafungsi ginjal, dan timbul
perdarahan di tempat lain karena gangguan fungsi trombosit. COX-2 berperan
dalam pengaturan bahan proinflamasi, termasuk endotoksin, sitokin, dan faktor
pertumbuhan (growth factors). Penghambatan sintesis prostanoid melalui jalur
COX-2 akan memberikan khasiat antiradang, antinyeri, dan pereda demam.
COX-2 Specific Inhibitor (COXIB) lebih sedikit mengganggu saluran cerna,
tapi mempunyai efek samping yang lain yaitu serangan jantung akut mengganggu
penyembuhan tulang patah (fraktur). Contoh obat GAINS antara lain diklofenak
sodium, naproxen
sodium, meloxicam.
c) Diseases Modifying Anti
Rheumatic Drugs (DMARD)
Pemberian DMARD bertujuan menekan proses awal terjadinya peradangan
(inflamasi) terutama pada penyakit rematik autoimun seperti RA (reumatoid
artritis). Sayangnya, belum ada DMARD yang mampu mengatasi proses imunologik
yang terjadi secara tuntas.
Obat-obat yang tergolong DMARD antara lain kloroquin (antimalaria),
hidroksi kloroquin, sulfasalasin, metotrexate, azathioprine, siklofosfamid,
siklosporin, garam emas, leflunomide, dan anti Wmornecrosis factor (TNF).
d) Hyaluronan
Ada bukti bahwa suntikan intra artikuler (ke dalam persendian) dengan
hyaluronan selain sebagai pelumas (lubrikan) sendi, juga mengurangi proses
peradangan.
e)
Relaksan otot, psikotropika, dan anti-konvulsan
Relaksan otot bermanfaat untuk nyeri nosiseptik yang disertai kejang
(spasme) otot. Contohnya tizanidine, perizon, karisprodol, klorzoxazon, metokarbamol, metaxolon, dan
orpenedrin. Analgetikajuvan{antidepresantrisiklik)efektifuntukmengurangi nyeri neuropatik. Obat
golongan ini diberikan bila ada kecurigaan penderita
reumatikmengalami depresi sehingga nyeri nya bertambah. Contoh obat golongan
ini antara lain amitriptilin, kiomipramine, imipramine,
dan nortriptiline. Anti konvulsan (anti kejang) bermanfaat untuk nyeri
neuropatik. Contohnya gabapentin bermanfaat 'untuk nyeri kronik seperti fibromialgia dan berbagai jenis nyeri
neuropatik.
C. Operasi
Operasi bermanfaat bila semua tindakan nonfarmakologik, farmakologik, dan
berbagai cara lainnya tidak dapat menghentikan proses reumatik sehingga rasa nyeri
berlanjut dan menimbulkan kecacatan pada
sendi.
Contoh operasi yang bisa dilakukan pada rasa nyeri antara lain pembersihan
(debridement) ruang sendi pada penderita osteoartritis (OA), operasi
penggantian sendi lulut atau sendi panggul, operasi pada cacat sendi di
jari tangan, dan sebagainya.
D. Complementer and alternative
medicine (CAM)
Pengobatan alternatif adalah cara pengobatan lain untuk menyembuhkan
penyakitdi luar ilmu kedokteran Barat(konvensional). Sedangkan pengobatan
komplementer adalah pengobatan alternatif yang ditambahan pada pengobatan
konvensional.
Pengobatan alternatif untuk menghilangkan rasa nyeri
reumatik antara
lain dengan pengobatan herbal dan akupunktur.
Sumber : Herbal Untuk Pengobatan Rheumatik (dr. Setiawan Dalimartha)
Posting Komentar untuk "Penanganan Nyeri dan Inflamasi pada Berbagai Penyakit Reumatik"